Saturday, October 17, 2009

Sifat Hakikat Manusia

BAB I
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANYA

Sasaran pendidikan adalahah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi Kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengn baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan .Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginya dalam bersikap,menyusun strategi,metode,dan teknik,serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Dengan kata lain ,dengan menggunakan peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh ke dalam bentuk –bentuk transaksional yang patologis dan berakibat merugikan subjek didik .
Alasan kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini ,lebih-lebih pada masa mendatang. Memang banyak manfaat yang dapat diraih bagi kehidupan manusia darinya. Namun, disisi lain tidak dapat dielakkan akan adanya dampak negative, yang terkadang tanpa disadari sangat merugikan bahkan mungkin mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti ditemukannya bom kimia dan bakteri,video,dan DBS (Direct Broad-casting System)rekayasa genetika dan lain-lain yang digunakan secarta tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu ,adalah sangat strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian pertama dari seluruh pengkajian tentang pendidikan,dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
Setelah mempelajari materi Bab I ini, Anda akan memahami karakteristik manusia yang membedakan manusia dengan hewan, dimensi-dimensi hakikat manusia dan pengembangan dimensi-dimensi tersebut.Selanjutnya memahami sosok manusia Indonesia seutuhnya dan manusia sebagai makhluk serba terhubung. Dengan mengkaji materi tersebut secara saksama, maka lebi khusus dan rinci Anda akan dapat :
1. Menuliskan sifat- sifat hakikat manusia yang membedakannya dari hewan.
2. Menjelaskan arti masing-masing sifat hakikat manusia tersebut.
3. Menjelaskan hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan pendidikan.
4. Menuliskan empat macam dimensi hakikat manusia.
5. Mendeskripsipkan cirri utama dari masing-masing dimensi hakikat manusia.
6. Menjelaskan implikasi pendidikan dari masing –masing dimensi hakikat manusia.
7. Membuat deskripsi tentang sosok manusia Indonesia seutuhnya menurut GBHN.
8. Menjelaskan manusia sebagai makhluk serba terhubung.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibawah ini akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dari wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensinya, pengembangan dimensi tersebut ,dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

A. Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan. Uraian selanjutnya akan membahas pengertian sifat hakikat manusia dan wujud sifat hakikat manusia.
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya,pemakan segala,dan adanya persamaan metabolism dengan manusia.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme,dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu :
a. Kemampuan menyadari diri;
b. Kemampuan bereksistensi;
c. Pemilikan kata hati;
d. Moral;
e. Kemampuan bertanggung jawab;
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan);
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
B. Dimensi- Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,dan Dinamikanya

Pada butir A telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensinya atau ditilik dari sisi lain. Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas, yaitu :
1. Dimensi Keindividualan
2. Dimensi Kesosialan
3. Dimensi Kesusilaan
4. Dimensi Keberagamaan

1. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, Individu dan Masyrakat: 4.) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.
2. Dimensi Kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J Langeveld (M.J.Langeveld,1955:54).Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.

3. Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi .Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyrakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atausopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertiaan susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos- mitos. Misalnya, untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan sesajen- sesajen, dan memberikan korban-korban. Sikap dan kebiasaan yang membudaya pada nenek moyang kita seperti itu dipandang sebagai embrio dari kehidupan manusia dalam beragama.

C . Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”.Dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengudnang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman terkenal. Setiap manusia lahir dikaruniai “ naluri” yaitu dorongan- dorongan yang alami (dorongan makan, seks,mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya ia dengan hewan .Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah ke arah status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bias terjadi kesalahan –kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Hal demikian bias terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bias terjadi, yaitu :
1. Pengembangan yang utuh, dan
2. Pengembangan yang tidak utuh

1.Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindivualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di didalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyrakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan,sandang,perumahan,kesehatan,ataupun kepuasaan batiniah seperti pendidikan,rasa aman,bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan,melainkan keselarasan,keserasian,dan keseimbangan antara keduanya. Selanjutnya juga diartikan sebgai keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa,dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.



BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan

1. Batasan tentang Pendidikan

Pendidikan seperti sifat sasaranya yaitu manusia, megandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandunganya berbeda yang satu daru yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

a.Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
b.Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
c.Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
d.Pendidikan sebgai Penyiapan Tenaga Kerja
e.Definisi Pendidikan Menurut GBHN
2. Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan
b. Proses Pendidikan
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
4. Kemandirian dalam Belajar
a. Arti dan Prinsip yang melandasi
b. Alasan yang Menopang
Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar. Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988: 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1) Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2) Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%,sifatnya relative. Semua teori mungkin tertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membuktikan kekeliruan teori tersebut. Sebagai akibatnya muncullah lagi teori baru pada dasarnya kebenaraanya juga bersifat relative.
Konsep dasar kemandirian dalam belajar sebagaimana dikemukakan itu membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru, dan peranan peserta didik.
B. Unsur – Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal,yaitu :
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

C. Pendidikan sebagai Sistem
1. Pengertian Sistem

a. Sistem adlah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10.)
2. Komponen dan Saling Hubungan Antara Komponen dalam Sistem pendidikan
a. Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put)
b. Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah,kurikulum,anggaran pendidikan,prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakanya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.
c. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar,kependudukan,politik dan keamanan Negara merupakan factor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperanya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

3.Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi,politik,social,budaya sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari system pendidikan.
4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik
a. Cara Memandang Sistem
b. Masalah Berjenjang
c. Analisis Sistem dalam Pendidikan
d. Saling Hubungan Antarkomponen
e. Hubungan Sistem dengan Suprasistem.
f. Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan
5. Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Pengajaran (Instruction)
- Lebih menekankan pada
penguasaan wawasan dan
pengetahuan tentang bidang
/program
tertentu seperti pertanian,
kesehatan,dan lain-lain.
- Makan waktu relative pendek.
- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Pendidikan (Education)
- Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
- Makan waktu relatif panjang.
- Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi.

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem
7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan,berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku.Bisa juga disebut pendidikan prasekolah,dasar (Pra – Elementary School).


BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
SERTA PENERAPANNYA

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yabg universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar social-kebudayaan setiap masyrakat tertentu.


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah- masalah pokok.

2. Landasan Sosiologis
b. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri.
3. Landasan Kultural
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :
(1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.
(2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyrakat, dan
(3) Fisik yakni benda hasil karya manusia.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapanya dalam bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi , urutan, dan ciri – cirri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi, serta istilah lain yang terkait dengannya.

B. Asas- Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar



BAB IV
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI
TERHADAP MASYRAKAT MASA DEPAN

A.Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.
Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Beberapa diantaranya yang dibahas selanjutnya adalah

1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat
2. Perkembangan iptek yang makin cepat.
3. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
4. Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu telah mulai tampak perananya di masa depan.
B.Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
2.Upaya Mengantisipasi Masa Depan


BAB V
PENGERTIAN,FUNGSI,DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyrakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri –sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.



BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu,kini,dan masa yang akan dating terus berkembang.Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan- gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni Taman Siswa dan INS Kayu Tanam.



BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertam karena sifat sasaranya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan pemerataan didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperlan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan,ilmu, dan teknologi.



BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating.
a.Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu, jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah yang sering disingkat dengan PLS.
1) Jalur Pendidikan Sekolah
2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).
1) Jenjang Pendidikan Dasar
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.
Muatan local adalah Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan muatan local adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.
Lingkungan alam meliputi :
1) Daerah pantai.
2) Daratan rendah.
3) Daratan tinggi.
4) Pegununggan/gunung.
Pola Kehidupan yaitu :
1) Perikanan darat dan laut.
2) Peternakan.
3) Persawahan.
4) Perladangan.
5) Perdagangan, termasuk di dalamnya jasa.
6) Industri kecil, termasuk didalamnya industri rumah tangga.
7) Industri besar.
8) Pariwisata.
B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
a. Pembaruan Landasan Yuridis
b. Pembaruan Kurikulum
c. Pembaruan Pola Masa Studi
d. Pembaruan Tenaga Kependidikan

2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional




BAB IX
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

A.Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
1. Segi Sasaran Pendidikan
2.Segi Lingkungan Pendidikan
1) Lingkungan Keluarga
2) Lingkungan Sekolah
3) Lingkungan Masyarakat
3. Segi jenjang Pendidikan
4. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan

C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal , yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

A) Hubungan Antar Aspek-aspek
B) Aspek Filosofis Keilmuan



M.J Langeveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri. Artinya dengan mempelajari ilmu mendidik seseorang dapat membenahi tindakan- tindakannya sehingga terhindar dari kesalahan- kesalahan mendidik.
Konsep humanism degan pasang surutnya serta pergesaran- pergeseran tekanan dari zaman kuno, abad tengah, zaman Renaissanse hingga dewasa ini memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada pendidikan dalam membangun dirinya. Dewasa ini humanis me meniupkan angin segar terhadap pendidikan yang bersasaran peserta didik sebagai pribadi yang otonom. Paham humanisme member sumbangan terhadap bagaimana seyogianya memandang peserta didik secara benar dan sehat.

C) Aspek Yuridis
a) Isi UU RI No.2 Tahun 1989
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel .dp. UU No. 4 /1950 dan UU No. 22/61.

D) Aspek Struktur

E) Aspek Kurikulum



Rangkuman

Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula- mula membangun manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial yaitu diri manusia itu sendiri.

HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

kATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Baturaja, 16 Oktober 2008

P e n u l i s



DAFTAR ISI
BAB I.. PENDAHULUAN.............................................................................(1)
BAB II. PEMBAHASAN
11.1.HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA.........(2)
111.11.PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN...................................(8)
BAB 111. PENUTUP
111.1.KESIMPULAN........................................................................(10)
111.11.SARAN..................................................................................(11)
111.111.DAFTAR PUSTAKA..........................................................(12)



BAB I. PENDAHULUAN
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi dimensinya, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.


BAB II.PEMBAHASAN
1.HAKEKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
A.Sifat hakekat manusia
Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat,khusnya filsafat antrofologi.hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan dan bertujuan.Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif.Besifat filosofis karena untuk mrndapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar,sistematis dan universal tentang ciri hakiki manusia.Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur,dan hal itu menjadi keharusan.
~Pengertian Sifat Hakekat Manusia
Sifat hakekat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik,yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual)membedakan manusia dari hewan.
~Wujud Sifat Hakekat Manusia
Mengenai wujud sifat hakekat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan),akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme.Denagn tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan,yaitu:
a. Kemampuan Menyadari Diri
Kaum rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia.Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,maka manusia menyadari bahwa dirinya(akunya)memiliki ciri khas atau karakteristik diri.Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain(ia,mereka) dan dengan no-aku(lingkungan fisik)di sekitarnya.

b. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menempatkan diri dan menerobos.
Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan .Dengan kata lain,adanya manusia bukan”berada”seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan,melainkan “meng-ada”di muka bumi(drijarkra,1962:61-63).Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan,maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka,artinya ada hanya sekedar “ber-ada”dan tidak prnah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”.Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula yang membedakan manusia sebagai mahkluk human dari hewan selaku mahkluk infra human,dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan ,sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.
c.Kata Hati(conscience of man)
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani,lubuk hati,suara hati, pelita hati,dan sebagainya.Conscience ialah”pengertian yang ikut serta “atau “pengertian yang mengikut prtbuatan”.Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan ,yang sedang ,dan yang telah dibuatnya,bahkan mengerti juga akibatnya,bagi manusia sebagia manusia.
d.Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan,maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebuat etiket)adalah perbuatan itu sendiri.
Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral.Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu.Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan.Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral.Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan,yang oleh M.J.Langevied dinamakan De opvoedeling omzichzelfswil.
e. Tanggung Jawab
Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab,merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab.Wujud bertanggung jawab bermacam-macam.Ada tanggung jawab kepada diri sendiri,tanggung jawab kepada masyarakat,dan tanggung jawab kepada Tuhan.
Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntuna kodrat manusia,dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan,sehingga sangsi apapun yang dituntutkan(oleh kata hati,oleh masyarakat,oleh norma-norma agama),diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
f.Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu),tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia.Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dlam keterikatan.Artinya,bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia.Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya)sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya,yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.
g.Kewajiban Dan Hak
Pada dasarnya hak itu adalah,sesuatu yang masih kosong .Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada ,belum tentu sesorang mengetahuinya(misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan.Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban.karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi,yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakuakan.

h.Kemampuan Menghayati Kebahagian
Pada saat orang menghayati kebahagian,aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar.oleh karena itu dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional.
Kebahagian itu ternyata tidak terletak pada keadaanya sendiri secara faktual(lulus sebagai sarjana,mendapat pekerjaan danseterusnya)ataupun pada rangkaian prosesnya,maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati semunya itu dengan keheningan jiwa,dan medudukkan hal-hal tersebut didalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu:usah,norma-norma,dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenapkeadaan dan kemampuannya.Manusai menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil,jujur,bertanggung jawab,mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis(menurut pandangan Max scheler (drijarkara,1978:137-140)).
B.Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia serta Potensi,Keunikan,dan Dinamikanya
Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas,yaitu:
1.Dimensi Keindividualan
Lysen mengartiakn individu sebagai”orang-seorang”,sesuatu yang merupakn suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi(in devide).Sedangkan kata M.J.Langeveld(seorang pakar pendidikan yang tersohor di Negeri Belanda)yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki individualitas (M.J.langeveld,1955:54).
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupan ciri yang yang sangat esensial dari adnya individualitas pada diri manusia.M.J.langeveld menyatakan bahwa setiapa anak memiliki dorongan unetuk mandiri yang sangat kuat,meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya,sehingga memerlukan pihak lain(pendidik)yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan.
2.Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosial.Demikian kata (M.J.Langeveld,1955:54).Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkina untuk bergaul.Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakekatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.
Immnauel Khan seorang filosof tersohor bangsa Jerman menyatakan: Manusia hanya bisa menjadi manusia jika berada diantara manusia.Dikatakan demikian karena orang dapat mengembangkan individualitasnya didalam pergaulan sosial,Artinya seseorang mengembangkan kegemarannya,sikapnya,cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya.Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya,serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.hanya didalam berinterkasi dengan sesamnya ,dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati kamanusiannya.
3.Dimensi Kesusilaan
Susila bersal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.Akan tetapi,didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang panats jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung.Karena maka pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket(persoalan kepantasan dan kesopanan)dan etika(persoalan kebaikan).
Maka dapat dikatakan bahwa kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.Persoalan kesusilaan sesalu berhubungan erat dengan nilai-nilai.Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila,serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusai itu adalah makhluk susila.Drijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemuliaan dan sebagainya,sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.Dilaihat aslanya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam,yaitu:Nilai otonom yang bersifat individual(kebaikan menurut pendapat seseorang,nilai heteronom yang bersifat kolektif(kebaikan menurut kelompok),dan nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan.
4.Dimensi Keberagamaan
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia.Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama.
C.Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia
1.Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakekat manusia ditentukan oleh dua faktor,yaitu kualitas dimensi hakekat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidkan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap pembinaan dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.Perkembangan yang dimaksud mencakup yang bersifat horizontal(yang menciptakan keseimbangan)dan yang bersifat vertikal(yang mnciptakan ketinggian martabat manusia).Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.

2.Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terdapat dimensi hakekat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakekat manusia yang terabaikan untuk ditangani,misalnya dimensi kesosilaan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domian afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.pengembangan yang semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
D.Sosok Manusia Indonesia Sutuhnya
Sosok manusia indonesia seutunya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah pembanguna arah jangka panjang.Dinyatakan bahwa pembangunan nasional diloaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembanguna seluruh masyarakat indonesia.hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuanlahiriah.Selanjudnya juga diartikan bahwa pembanguna itu merata deseluruh tanah air ,bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat.Selanjudnya juga diartikan keselarasan hubungan antara manusia dengan TuhanNya,antara sesama manusia,antara manusia dengan linkungan alam sekitarnya,keserasian hubungan antara bangsa-bangsa,dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagian diakhirat.
2.PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN
Sebelum kita masuk dalam pengertian ilmu pendidikan, maka sebaiknya dimulai dari pendidikan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti luas adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada dalam diri individu.


Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas dan matang. Jadi singkatnya, pendidikan merupakan system proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan dan pematangan diri. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja dan kapan saja dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
Sedangkan dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam system pengawasan dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan belajar seperti itu dilaksanakan didalam lembaga pendidikan sekolah. Tujuan utamanya adalah pengembangan potensi intelektual dalam bentuk penguasaan bidang ilmu khusus dan kecakapan merakit system tekhnologi.
Dari pendekatan dikotomis antara arti luas dan dan arti sempit, muncul pemikiran alternative. Secara alternative, pelaku pendidikan adalah keluarga, masyarakat, dan sekolah (dibawah otoritas pemerintah) dalam suatu sistem integral yang disebut tripartite pendidikan.
Jadi dapat di definisikan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik.
~ Fungsi Pendidikan
1.Sebagai proses Transformasi Budaya
2. Sebagai proses Pembentukan Pribadi
3. Sebagai proses Penyiapan Warga Negara
4. Sebagai proses Penyiapan Tenaga Kerja
BAB 111. PENUTUP
111.I.KESIMPULAN
Alasan mempelajari hakikat manusia adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas dan benar tentang manusia agar dapat memberi arah yang tepat kemana peserta didik harus dibawa.
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan dengan cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkah-langkah sebagai berikut; perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
Terhadap pendidikan filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan manusia. Tanpa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya tanpa pendidikan filsafat tetap berada pada utopianya.
Dan pada dasarnya semua disiplin ilmu pengetahuan dari tingkat filosofis, teoritis dan sampai pada tingkat praktis diawali, dibimbing dan diakhiri oleh pendidikan.
Selanjutnya ilmu otonom adalah suatu ilmu yang dibangun berdasarkan atas ”potensi diri” sebagaimana adanya. Sedangkan Ilmu Pendidikan yang didalamnya telah memenuhi aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang otonom.
111.II. SARAN
1. Kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan wajib berpegang teguh kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya.
2. Penerapan paradigma baru dalam pendidikan perlu disosialisasikan lebih luas.

DAFTAR FUSTAKA

http://dianmiranda.wordpress.com/2008/09/19/pendidikan-dan-ilmu-pendidikan/
http://dianmiranda.wordpress.com/2008/09/19/hakekat-manusia-dan-pengembangannya/
http://azharighalib.wordpress.com/2008/04/26/4/

HAKEKAT MANUSIA

HAKEKAT MANUSIA

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi – potensi kemanusiaanya. Karena potensi pendidikan merupakan suatu sarana yang membuat manusia menjadi manusia yang berguna.
Tugas mendidik hanya mengkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sendiri, maka pendidik mengetahui bahwa, manusia itu memiliki cirri khas yang secara prinsip berbeda dari hewan. Ciri – ciri manusai yang membedakanya dari hewan adalah: terbentuk dari gumpalan yang terpadu (integrated) dari apa yang disebut hakekat manusai.
Alas an kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas itu perlu dimiliki oleh pendidik, karena, adanya perkembangan yang sangat pesat dewasa ini dan lebih – lebih pada masa yang akan dating.
Setelah kita pelajari materi sebelumnya kita akan memahami karakteristik yang membedakan manusia dengan hewan antara lain sebagai berikut :
A. Sifat Hakekat Manusia
Sifat hakekat manusia menjadi bahasan utama pada bidang kajian antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah soal praktek melainkan praktik yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sifatnya filosofis normative. Besifat filosofis kerana untuk mendapatkan landasan yang kokoh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendarasar, sistematis dan universal tentang ciri yang hakiki dari manusia. Bersifat karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakekat manusia tersebut sebagai suatu yang bernilai luhur.
1. Pengertian Sifat Hakekat Manusia
Sifat hakekat manusia diartikan sebagai ciri yang karakteristik yang secara Panispal (bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun manusia dengan hewan banyak sekali persamaan dilihat dari segi biologisnya. Sehingga beberapa filosofis seperti ‘socrates’, menamakan manusia dengan Zoon Politics (hewan yang bermasyarakat), dan Max Seaheller menggambarkan manusia sebagai DAS kranke tier yang sakit yang selalu gelisah dan bermasalah. (drijartara).
Dan apabila kita lihat perbedaan manusia dengan hewan secara gradualnya yaitu : suatu perbedaan dengan melalui rekayasa – rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaanya. Misalnya Air dengan perubahan tempratur / suhu sehingga dapat berubah menjadi es batu. Itulah tempat perbedaan manusia dengan hewan apabila dilihat dari sisi gradualnya atau partisifatnya.

2. Wujud Sifat Hakekat Manusia
Wujud sifat hakekat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukan oleh faham existensialisme. Dengan maksud menjadi masukan dalam memebenahi konsep pendidikan yaitu :
a) Kemampuan menyadari diri.
Di sinilah kita sudah jelas dapat membedakan diri manusia dengan hewan. Karena kita sebagai manusia telah dikaruniai akanl untuk memikirkan siapan manusia itu sendiri. Sedangkan hewan tidak dikaruniai akal sehingga dia tidak bisa memikirkan dirinya karena itulah manusia dikatakan mahluk yang paling sempurna dengan diciptakanya oleh penguasa alam semesta.
b) Kemampuan berexistensi
Adanya kemampuan berexsistensi inilah yang membedakan manusia sebagai mahluk Human dari hewan selaku Infra Human dimana hewan menjadi onderdil terhadap lingkungan dan sedangkan manusia sebagai manejernya. Artinya hewan hanya sebagai alas an dari lingkungannya dan sedangkan manusia sebagai alas an dari kedunya / selebihnya (dalam mengelolahnya).

c) Kata Hati (Eweten Concience Of Man)
Kata hati / Concience of man sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan seterusnya. Concience adalah : pengertian yang ikut serta / pengertian yang mengikuti perbuatan. Manusia memiliki pengertian yang akan redang dibelah buatnya, dan bahkan juga mengerti akibat dari baik dan buruk yang akan ditanggunganya.
d) Moral
Yang disebut dengan moral atau juga sering disebut dengan etika, adalah perbuatan itu sendiri.
Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral artinya : seorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatanya merupakan realisasi dari perbuatanya kata hatinya. Untuk menjembatani jarak yang akan mengantar keduanya tersebut adalah diperlukannya 1 (satu), unsure yaitu, Kemauan. Bukankan banyak orang yang mempunyai kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral atau keberanian berbuat. Dan tambahan pula hanya memiliki kesediaan moral / perbuatan dan akan tetapi suatu keinginan / kemauanya tidak ada.
Sesungguhnya ke – 3 unsur tersebut tidak bisa saling terlepas. Tetapi harus saling berkaitan apabila suatu perbuatan ingin kita kerjakan.
e) Tanggung Jawab
Kesidiaan untuk menanggung semua akibat atas yang dikerjakan oleh seseorang itu adalah ciri – cirri orang yang bertanggung jawab. Wujud tanggung jawab adalah :
1. Tanggung jawab pada diri sendiri
2. Tanggung jawab kepada masyarakat
3. Tanggung jawab kepada Sang Pencipta.
o Dalam tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati.
o Tanggung jawab kepada masyarakat, berarti menggung semua aturan yang ditetapkan dalam masyarakat.
o Kepada TUHAN, apabilas seseorang telah melakukan dosa bahwa dia merasa dirinya memiliki kehilafan kepadanya.
f) Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu). Tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatanya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Bebas artinya berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.
Orang merasakan adanya kebebasan batin, apabila ikatan yang ada telah menyatu dirinya dan menjiwai segenap perbuatanya. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya), sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia karena perbuatan itu seperti tidak sulit atau siap sedia untuk dipertanggung jawabkan dan tidak sedikit menimbulkan kekhawatiran.
g) Kewajiban dan Hak
Tidak ada hak tanpa kewajiban karena untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang masih kosong artinya meskipun hak tentang sesuatu ada, belum tentu seseorang itu mengetahuinya (misalnya Hak memperoleh perlindungan Hukum). Kewajiban bukan merupakan beban bagi manusia melainkan keniscayaan artinya selama seseorang itu menyebut dirinya manusia dan dia mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan bagi dirinya. Kewajiban adalah suatu keluruhan. Disiplin diri menurut sela Soemardjan meliputi emapt aspek, yaitu:
a. Disiplin Rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa sala
b. Disiplin Sosial. Jika dilanggar menimbulkan rasa malu
c. Disiplin Afektif, jika di langgar menimbulkan rasa gelisah
d. Disiplin Agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.
Jadi kewajiban dan hak adalam 2 macam gejala yang timbul sebagai menifestasi dari manusia sebagai mahluk sosial.
h) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan penghayatan hidup karena kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia dengan kata lain kebahagiaan merupakan integrasi/rentetan dari sejumlah kesenangan, bahwa kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya terhimpun dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
Jadi kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara factual (lulus) atau pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian, atau ikatan tiga hal yaitu: usaha norma-norma dan takdir, yang dimaksud dengan usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, sedangkan takdir adalah rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Ada 2 hal yang dapat dikembangkan agar kebahagiaan itu dapat di usahakan peningkatannya antara lain:
a. Kemampuan berusaha
b. Kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan dan Dinamikanya.
Pada butir A telah diuraikan sifat hakikat manusia, pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensinya atau ditilik dari sisi lain. Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu:
1) Dimensi Keindividualan
? Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidka dapat di bagi-bagi (in clevide)
? Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di
Negeri Belanda) Bahwa : Setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi, bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim di katakana seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan suatu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidka sama, apalagi identik .
? Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya)
- Secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi terdapat perbedaan mengenai matanya.
- Secara kerohanian mungkin kapasitas intelegensinya sama, tetapi kecendrungan dan perhatiannya terhadpa sesuatu berbeda.
2) Dimensi Kesosalan
? Setiap bagi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul
? Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
? Immanuel Kant seorang filosef tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa Manusia hanya menjadi manuia jika berada di antara manusia.
3) Dimensi Kesusilaan
? Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika did alma yang antas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan yang lebih”
? Dalam bahasa ilmia sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
? Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat:
a. Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.
? Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
? Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.
? Dilihat dari asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam yaitu:
1. Nilai Otonom yang bersifat Individual (kebaikan menurut pendapat seseorang)
2. Nilai Heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok)
3. Nilai Keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan
* Pemahaman dan Pelaksanaan Nilai *
? Dalam kenyataan hidu ada 2 hal yang muncul dari persoalan nilai yaitu: kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.
? Idealnya keduanya harus Sinkron, artinya untuk dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai.
? Implikasi pedagogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping menerima hak dari peserta didi.
4) Dimensi Keberagamaan
? Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan mitos-mitos.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
Manusia lahir telah dikarunia dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi. Belum terktualisasi menjadi wujud kenyataan atau ‘aktualisasi’, dari kondisi ‘potensi’, menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Setiap manusia lahir dikaruniai ‘naluri’ , yaitu dorongan – dorongan alami (dorongan makan, sexs, mempertahankan diri dan lain - lain). Jika seandainya manusia dapat hidup dengan naluri maka tidak berdaya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah menjadi kearah yang status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin bisa saja terjadi kesalahan – kesalahan yang lazimnya di sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu :
1. Pengembangan yang utuh, dan
2. Pengembangan yang tidak utuh
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembanganya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat ari berbagai segi yaitu :
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga – tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang – orang pintar yang tidak berwatak.
b. Dari arah pegembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan kepada pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan yang sehat terhdap dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi terhadap potensi – potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative dihambat. Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras dengan tanpa mengganggu otonomi masing – masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan fisik yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan (perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan mengevaluasi.
2. Pengembangan yang tidak utuh.
Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan domain koghitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang dan tidak mantap.
D. Sosok Manusia Indonesia Se – Utuhnya
Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pengembangan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, dan kesimbangan antara keduanya sekaligus batiniah. Juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukanya hanya untuk golongan masyarakat.