Saturday, October 17, 2009

Sifat Hakikat Manusia

BAB I
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANYA

Sasaran pendidikan adalahah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi Kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengn baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukannya menjadi pohon jambu.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dari hewan .Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu (intergrated) dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia. Peta ini akan menjadi landasan serta memberikan acuan baginya dalam bersikap,menyusun strategi,metode,dan teknik,serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Dengan kata lain ,dengan menggunakan peta tersebut sebagai acuan seorang pendidik tidak mudah terkecoh ke dalam bentuk –bentuk transaksional yang patologis dan berakibat merugikan subjek didik .
Alasan kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas tentang manusia itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini ,lebih-lebih pada masa mendatang. Memang banyak manfaat yang dapat diraih bagi kehidupan manusia darinya. Namun, disisi lain tidak dapat dielakkan akan adanya dampak negative, yang terkadang tanpa disadari sangat merugikan bahkan mungkin mengancam keutuhan eksistensi manusia, seperti ditemukannya bom kimia dan bakteri,video,dan DBS (Direct Broad-casting System)rekayasa genetika dan lain-lain yang digunakan secarta tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu ,adalah sangat strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada bagian pertama dari seluruh pengkajian tentang pendidikan,dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya.
Setelah mempelajari materi Bab I ini, Anda akan memahami karakteristik manusia yang membedakan manusia dengan hewan, dimensi-dimensi hakikat manusia dan pengembangan dimensi-dimensi tersebut.Selanjutnya memahami sosok manusia Indonesia seutuhnya dan manusia sebagai makhluk serba terhubung. Dengan mengkaji materi tersebut secara saksama, maka lebi khusus dan rinci Anda akan dapat :
1. Menuliskan sifat- sifat hakikat manusia yang membedakannya dari hewan.
2. Menjelaskan arti masing-masing sifat hakikat manusia tersebut.
3. Menjelaskan hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan pendidikan.
4. Menuliskan empat macam dimensi hakikat manusia.
5. Mendeskripsipkan cirri utama dari masing-masing dimensi hakikat manusia.
6. Menjelaskan implikasi pendidikan dari masing –masing dimensi hakikat manusia.
7. Membuat deskripsi tentang sosok manusia Indonesia seutuhnya menurut GBHN.
8. Menjelaskan manusia sebagai makhluk serba terhubung.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibawah ini akan dikemukakan materi yang meliputi : arti dari wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensinya, pengembangan dimensi tersebut ,dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

A. Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya normatif. Bersifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normative karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan. Uraian selanjutnya akan membahas pengertian sifat hakikat manusia dan wujud sifat hakikat manusia.
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya,pemakan segala,dan adanya persamaan metabolism dengan manusia.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme,dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu :
a. Kemampuan menyadari diri;
b. Kemampuan bereksistensi;
c. Pemilikan kata hati;
d. Moral;
e. Kemampuan bertanggung jawab;
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan);
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak;
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
B. Dimensi- Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,dan Dinamikanya

Pada butir A telah diuraikan sifat hakikat manusia. Pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensinya atau ditilik dari sisi lain. Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas, yaitu :
1. Dimensi Keindividualan
2. Dimensi Kesosialan
3. Dimensi Kesusilaan
4. Dimensi Keberagamaan

1. Dimensi Keindividualan

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide).
Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. (Lysen, Individu dan Masyrakat: 4.) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri.
2. Dimensi Kesosialan

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J Langeveld (M.J.Langeveld,1955:54).Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima.

3. Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi .Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyrakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atausopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertiaan susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.

4. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum mengenal agama mereka telah percaya bahwa diluar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan alat indranya, diyakini akan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos- mitos. Misalnya, untuk meminta sesuatu dari kekuatan-kekuatan tersebut dilakukan bermacam-macam upacara, menyediakan sesajen- sesajen, dan memberikan korban-korban. Sikap dan kebiasaan yang membudaya pada nenek moyang kita seperti itu dipandang sebagai embrio dari kehidupan manusia dalam beragama.

C . Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Manusia lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”.Dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengudnang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Seseorang yang dilahirkan dengan bakat seni misalnya, memerlukan pendidikan untuk diproses menjadi seniman terkenal. Setiap manusia lahir dikaruniai “ naluri” yaitu dorongan- dorongan yang alami (dorongan makan, seks,mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya ia dengan hewan .Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah ke arah status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bias terjadi kesalahan –kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Hal demikian bias terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bias terjadi, yaitu :
1. Pengembangan yang utuh, dan
2. Pengembangan yang tidak utuh

1.Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindivualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.
D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pengertian manusia utuh sudah digambarkan pada butir C.1. Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di didalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyrakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan,sandang,perumahan,kesehatan,ataupun kepuasaan batiniah seperti pendidikan,rasa aman,bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan,melainkan keselarasan,keserasian,dan keseimbangan antara keduanya. Selanjutnya juga diartikan sebgai keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa,dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan di akhirat.



BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan

1. Batasan tentang Pendidikan

Pendidikan seperti sifat sasaranya yaitu manusia, megandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandunganya berbeda yang satu daru yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

a.Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
b.Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
c.Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
d.Pendidikan sebgai Penyiapan Tenaga Kerja
e.Definisi Pendidikan Menurut GBHN
2. Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan
b. Proses Pendidikan
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
4. Kemandirian dalam Belajar
a. Arti dan Prinsip yang melandasi
b. Alasan yang Menopang
Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar. Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988: 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
1) Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
2) Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%,sifatnya relative. Semua teori mungkin tertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membuktikan kekeliruan teori tersebut. Sebagai akibatnya muncullah lagi teori baru pada dasarnya kebenaraanya juga bersifat relative.
Konsep dasar kemandirian dalam belajar sebagaimana dikemukakan itu membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru, dan peranan peserta didik.
B. Unsur – Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal,yaitu :
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

C. Pendidikan sebagai Sistem
1. Pengertian Sistem

a. Sistem adlah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10.)
2. Komponen dan Saling Hubungan Antara Komponen dalam Sistem pendidikan
a. Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put)
b. Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah,kurikulum,anggaran pendidikan,prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input) yang memungkinkan dilaksanakanya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.
c. Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar,kependudukan,politik dan keamanan Negara merupakan factor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperanya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

3.Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sistem lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Di bagian terdahulu digambarkan faktor ekonomi,politik,social,budaya sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari system pendidikan.
4. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik
a. Cara Memandang Sistem
b. Masalah Berjenjang
c. Analisis Sistem dalam Pendidikan
d. Saling Hubungan Antarkomponen
e. Hubungan Sistem dengan Suprasistem.
f. Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan
5. Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Pengajaran (Instruction)
- Lebih menekankan pada
penguasaan wawasan dan
pengetahuan tentang bidang
/program
tertentu seperti pertanian,
kesehatan,dan lain-lain.
- Makan waktu relative pendek.
- Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Pendidikan (Education)
- Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
- Makan waktu relatif panjang.
- Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi.

6. Pendidikan Prajabatan (Preservice Education) dan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Education) sebagai Sebuah Sistem
7. Pendidikan Formal, Non-Formal, dan Informal sebagai Sebuah Sistem
Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan persekolahan,berupa rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku.Bisa juga disebut pendidikan prasekolah,dasar (Pra – Elementary School).


BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
SERTA PENERAPANNYA

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yabg universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar social-kebudayaan setiap masyrakat tertentu.


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah- masalah pokok.

2. Landasan Sosiologis
b. Pengertian tentang Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri.
3. Landasan Kultural
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat berwujud :
(1) Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya.
(2) Kelakuan berpola dari manusia dalam masyrakat, dan
(3) Fisik yakni benda hasil karya manusia.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapanya dalam bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi , urutan, dan ciri – cirri pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi, serta istilah lain yang terkait dengannya.

B. Asas- Asas Pokok Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
3. Asas Kemandirian dalam Belajar



BAB IV
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI
TERHADAP MASYRAKAT MASA DEPAN

A.Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.
Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Beberapa diantaranya yang dibahas selanjutnya adalah

1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat
2. Perkembangan iptek yang makin cepat.
3. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
4. Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu telah mulai tampak perananya di masa depan.
B.Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
2.Upaya Mengantisipasi Masa Depan


BAB V
PENGERTIAN,FUNGSI,DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyrakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri –sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.



BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu,kini,dan masa yang akan dating terus berkembang.Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan- gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni Taman Siswa dan INS Kayu Tanam.



BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertam karena sifat sasaranya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan pemerataan didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperlan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan,ilmu, dan teknologi.



BAB VIII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating.
a.Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu, jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah yang sering disingkat dengan PLS.
1) Jalur Pendidikan Sekolah
2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).
1) Jenjang Pendidikan Dasar
2) Jenjang Pendidikan Menengah
Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.
Muatan local adalah Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan muatan local adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.
Lingkungan alam meliputi :
1) Daerah pantai.
2) Daratan rendah.
3) Daratan tinggi.
4) Pegununggan/gunung.
Pola Kehidupan yaitu :
1) Perikanan darat dan laut.
2) Peternakan.
3) Persawahan.
4) Perladangan.
5) Perdagangan, termasuk di dalamnya jasa.
6) Industri kecil, termasuk didalamnya industri rumah tangga.
7) Industri besar.
8) Pariwisata.
B. Upaya Pembangunan Pendidikan Nasional
1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
a. Pembaruan Landasan Yuridis
b. Pembaruan Kurikulum
c. Pembaruan Pola Masa Studi
d. Pembaruan Tenaga Kependidikan

2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional




BAB IX
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

A.Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
1. Segi Sasaran Pendidikan
2.Segi Lingkungan Pendidikan
1) Lingkungan Keluarga
2) Lingkungan Sekolah
3) Lingkungan Masyarakat
3. Segi jenjang Pendidikan
4. Segi Pembidangan Kerja Atau Sektor Kehidupan

C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal , yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

A) Hubungan Antar Aspek-aspek
B) Aspek Filosofis Keilmuan



M.J Langeveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berarti mengubah diri sendiri. Artinya dengan mempelajari ilmu mendidik seseorang dapat membenahi tindakan- tindakannya sehingga terhindar dari kesalahan- kesalahan mendidik.
Konsep humanism degan pasang surutnya serta pergesaran- pergeseran tekanan dari zaman kuno, abad tengah, zaman Renaissanse hingga dewasa ini memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada pendidikan dalam membangun dirinya. Dewasa ini humanis me meniupkan angin segar terhadap pendidikan yang bersasaran peserta didik sebagai pribadi yang otonom. Paham humanisme member sumbangan terhadap bagaimana seyogianya memandang peserta didik secara benar dan sehat.

C) Aspek Yuridis
a) Isi UU RI No.2 Tahun 1989
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel .dp. UU No. 4 /1950 dan UU No. 22/61.

D) Aspek Struktur

E) Aspek Kurikulum



Rangkuman

Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Mula- mula membangun manusianya, selanjutnya manusia yang sudah terbentuk oleh pendidikan menjadi sumber daya pembangunan.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial yaitu diri manusia itu sendiri.

No comments: