Saturday, October 17, 2009

HAKEKAT MANUSIA

HAKEKAT MANUSIA

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi – potensi kemanusiaanya. Karena potensi pendidikan merupakan suatu sarana yang membuat manusia menjadi manusia yang berguna.
Tugas mendidik hanya mengkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sendiri, maka pendidik mengetahui bahwa, manusia itu memiliki cirri khas yang secara prinsip berbeda dari hewan. Ciri – ciri manusai yang membedakanya dari hewan adalah: terbentuk dari gumpalan yang terpadu (integrated) dari apa yang disebut hakekat manusai.
Alas an kedua mengapa gambaran yang benar dan jelas itu perlu dimiliki oleh pendidik, karena, adanya perkembangan yang sangat pesat dewasa ini dan lebih – lebih pada masa yang akan dating.
Setelah kita pelajari materi sebelumnya kita akan memahami karakteristik yang membedakan manusia dengan hewan antara lain sebagai berikut :
A. Sifat Hakekat Manusia
Sifat hakekat manusia menjadi bahasan utama pada bidang kajian antropologi. Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah soal praktek melainkan praktik yang berlandaskan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sifatnya filosofis normative. Besifat filosofis kerana untuk mendapatkan landasan yang kokoh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendarasar, sistematis dan universal tentang ciri yang hakiki dari manusia. Bersifat karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakekat manusia tersebut sebagai suatu yang bernilai luhur.
1. Pengertian Sifat Hakekat Manusia
Sifat hakekat manusia diartikan sebagai ciri yang karakteristik yang secara Panispal (bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun manusia dengan hewan banyak sekali persamaan dilihat dari segi biologisnya. Sehingga beberapa filosofis seperti ‘socrates’, menamakan manusia dengan Zoon Politics (hewan yang bermasyarakat), dan Max Seaheller menggambarkan manusia sebagai DAS kranke tier yang sakit yang selalu gelisah dan bermasalah. (drijartara).
Dan apabila kita lihat perbedaan manusia dengan hewan secara gradualnya yaitu : suatu perbedaan dengan melalui rekayasa – rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaanya. Misalnya Air dengan perubahan tempratur / suhu sehingga dapat berubah menjadi es batu. Itulah tempat perbedaan manusia dengan hewan apabila dilihat dari sisi gradualnya atau partisifatnya.

2. Wujud Sifat Hakekat Manusia
Wujud sifat hakekat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukan oleh faham existensialisme. Dengan maksud menjadi masukan dalam memebenahi konsep pendidikan yaitu :
a) Kemampuan menyadari diri.
Di sinilah kita sudah jelas dapat membedakan diri manusia dengan hewan. Karena kita sebagai manusia telah dikaruniai akanl untuk memikirkan siapan manusia itu sendiri. Sedangkan hewan tidak dikaruniai akal sehingga dia tidak bisa memikirkan dirinya karena itulah manusia dikatakan mahluk yang paling sempurna dengan diciptakanya oleh penguasa alam semesta.
b) Kemampuan berexistensi
Adanya kemampuan berexsistensi inilah yang membedakan manusia sebagai mahluk Human dari hewan selaku Infra Human dimana hewan menjadi onderdil terhadap lingkungan dan sedangkan manusia sebagai manejernya. Artinya hewan hanya sebagai alas an dari lingkungannya dan sedangkan manusia sebagai alas an dari kedunya / selebihnya (dalam mengelolahnya).

c) Kata Hati (Eweten Concience Of Man)
Kata hati / Concience of man sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan seterusnya. Concience adalah : pengertian yang ikut serta / pengertian yang mengikuti perbuatan. Manusia memiliki pengertian yang akan redang dibelah buatnya, dan bahkan juga mengerti akibat dari baik dan buruk yang akan ditanggunganya.
d) Moral
Yang disebut dengan moral atau juga sering disebut dengan etika, adalah perbuatan itu sendiri.
Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral artinya : seorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatanya merupakan realisasi dari perbuatanya kata hatinya. Untuk menjembatani jarak yang akan mengantar keduanya tersebut adalah diperlukannya 1 (satu), unsure yaitu, Kemauan. Bukankan banyak orang yang mempunyai kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral atau keberanian berbuat. Dan tambahan pula hanya memiliki kesediaan moral / perbuatan dan akan tetapi suatu keinginan / kemauanya tidak ada.
Sesungguhnya ke – 3 unsur tersebut tidak bisa saling terlepas. Tetapi harus saling berkaitan apabila suatu perbuatan ingin kita kerjakan.
e) Tanggung Jawab
Kesidiaan untuk menanggung semua akibat atas yang dikerjakan oleh seseorang itu adalah ciri – cirri orang yang bertanggung jawab. Wujud tanggung jawab adalah :
1. Tanggung jawab pada diri sendiri
2. Tanggung jawab kepada masyarakat
3. Tanggung jawab kepada Sang Pencipta.
o Dalam tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati.
o Tanggung jawab kepada masyarakat, berarti menggung semua aturan yang ditetapkan dalam masyarakat.
o Kepada TUHAN, apabilas seseorang telah melakukan dosa bahwa dia merasa dirinya memiliki kehilafan kepadanya.
f) Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu). Tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang kelihatanya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Bebas artinya berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia.
Orang merasakan adanya kebebasan batin, apabila ikatan yang ada telah menyatu dirinya dan menjiwai segenap perbuatanya. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya), sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia karena perbuatan itu seperti tidak sulit atau siap sedia untuk dipertanggung jawabkan dan tidak sedikit menimbulkan kekhawatiran.
g) Kewajiban dan Hak
Tidak ada hak tanpa kewajiban karena untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang masih kosong artinya meskipun hak tentang sesuatu ada, belum tentu seseorang itu mengetahuinya (misalnya Hak memperoleh perlindungan Hukum). Kewajiban bukan merupakan beban bagi manusia melainkan keniscayaan artinya selama seseorang itu menyebut dirinya manusia dan dia mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan bagi dirinya. Kewajiban adalah suatu keluruhan. Disiplin diri menurut sela Soemardjan meliputi emapt aspek, yaitu:
a. Disiplin Rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa sala
b. Disiplin Sosial. Jika dilanggar menimbulkan rasa malu
c. Disiplin Afektif, jika di langgar menimbulkan rasa gelisah
d. Disiplin Agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.
Jadi kewajiban dan hak adalam 2 macam gejala yang timbul sebagai menifestasi dari manusia sebagai mahluk sosial.
h) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan penghayatan hidup karena kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia dengan kata lain kebahagiaan merupakan integrasi/rentetan dari sejumlah kesenangan, bahwa kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya terhimpun dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
Jadi kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara factual (lulus) atau pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian, atau ikatan tiga hal yaitu: usaha norma-norma dan takdir, yang dimaksud dengan usaha adalah perjuangan yang terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, sedangkan takdir adalah rangkaian yang tak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Ada 2 hal yang dapat dikembangkan agar kebahagiaan itu dapat di usahakan peningkatannya antara lain:
a. Kemampuan berusaha
b. Kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan dan Dinamikanya.
Pada butir A telah diuraikan sifat hakikat manusia, pada bagian ini sifat hakikat tersebut akan dibahas lagi dimensi-dimensinya atau ditilik dari sisi lain. Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu:
1) Dimensi Keindividualan
? Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidka dapat di bagi-bagi (in clevide)
? Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di
Negeri Belanda) Bahwa : Setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi, bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim di katakana seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan suatu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidka sama, apalagi identik .
? Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya)
- Secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi terdapat perbedaan mengenai matanya.
- Secara kerohanian mungkin kapasitas intelegensinya sama, tetapi kecendrungan dan perhatiannya terhadpa sesuatu berbeda.
2) Dimensi Kesosalan
? Setiap bagi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul
? Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
? Immanuel Kant seorang filosef tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa Manusia hanya menjadi manuia jika berada di antara manusia.
3) Dimensi Kesusilaan
? Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika did alma yang antas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan yang lebih”
? Dalam bahasa ilmia sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
? Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat:
a. Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.
? Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
? Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.
? Dilihat dari asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam yaitu:
1. Nilai Otonom yang bersifat Individual (kebaikan menurut pendapat seseorang)
2. Nilai Heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok)
3. Nilai Keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan
* Pemahaman dan Pelaksanaan Nilai *
? Dalam kenyataan hidu ada 2 hal yang muncul dari persoalan nilai yaitu: kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.
? Idealnya keduanya harus Sinkron, artinya untuk dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai.
? Implikasi pedagogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping menerima hak dari peserta didi.
4) Dimensi Keberagamaan
? Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan mitos-mitos.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
Manusia lahir telah dikarunia dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi. Belum terktualisasi menjadi wujud kenyataan atau ‘aktualisasi’, dari kondisi ‘potensi’, menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Setiap manusia lahir dikaruniai ‘naluri’ , yaitu dorongan – dorongan alami (dorongan makan, sexs, mempertahankan diri dan lain - lain). Jika seandainya manusia dapat hidup dengan naluri maka tidak berdaya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah menjadi kearah yang status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin bisa saja terjadi kesalahan – kesalahan yang lazimnya di sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu :
1. Pengembangan yang utuh, dan
2. Pengembangan yang tidak utuh
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembanganya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat ari berbagai segi yaitu :
a. Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga – tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang – orang pintar yang tidak berwatak.
b. Dari arah pegembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan kepada pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan yang sehat terhdap dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi terhadap potensi – potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative dihambat. Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras dengan tanpa mengganggu otonomi masing – masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan fisik yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan (perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan mengevaluasi.
2. Pengembangan yang tidak utuh.
Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan domain koghitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang dan tidak mantap.
D. Sosok Manusia Indonesia Se – Utuhnya
Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pengembangan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, dan kesimbangan antara keduanya sekaligus batiniah. Juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukanya hanya untuk golongan masyarakat.

No comments: